Baik bagi mahasiswa maupun dosen, bisa memublikasikan jurnal yang terindeks oleh Scopus merupakan sebuah prestasi tersendiri. Namun, untuk bisa membuat jurnal yang tembus Scopus bukan hal yang mudah. Ada banyak langkah termasuk revisi yang mungkin harus kamu lalui untuk membuat jurnal yang kamu tulis dimuat.
Seperti yang kita ketahui, ada banyak sekali jurnal yang diterbitkan di dunia ini dengan riset berbeda-beda. Untuk meninjau sampai sejauh mana sebuah penelitian dilakukan serta mengecek data terbaru dari penelitian tertentu, dibutuhkan database. Database inilah yang menjadi tempat bagi para peneliti termasuk mahasiswa dan dosen untuk menerbitkan hasil tulisannya.
Ada banyak database yang selama ini dijadikan sebagai tempat publikasi artikel ilmiah dan jurnal. Ada WOS (Web of Science), SpeingerLink, Wiley, dan tentu saja Scopus. Dari database ini, peneliti bisa mencari artikel ilmiah maupun jurnal yang mereka butuhkan untuk penelitian mereka. Tak heran jika Scopus sangat diminati oleh para akademisi di berbagai belahan dunia.
Scopus sendiri merupakan layanan database dan pengindeks terbesar di dunia saat ini. Berada di bawah naungan perusahaan penerbit karya ilmiah Elsevier yang berpusat di Amsterdam, saat ini Scopus sudah mengindeks ribuan jurnal dan artikel dari seluruh dunia. Diperkirakan ada lebih dari 22.000 artikel jurnal yang berasal dari 5.000 penerbit yang terindeks Scopus.
Di Indonesia, memiliki jurnal yang terindeks Scopus merupakan prestasi tersendiri. Ketika kamu bisa tembus Scopus, artinya jurnal yang kamu tulis memiliki kualitas yang baik dan diakui secara internasional.
Meskipun banyak yang mengakui cukup sulit menembus Scopus, bukan berarti tidak ada trik yang bisa kamu coba. Simak beberapa di antaranya berikut ini!
1. Buat Jurnal dengan Minimal 20 Referensi
Menulis artikel atau jurnal dengan menggunakan 20 referensi memang bukan hal yang mudah. Namun, ini adalah langkah awal yang bisa kamu lakukan untuk menguatkan tulisanmu. Jumlah referensi menjadi pertimbangan yang penting agar tulisanmu diakui.
2. Tulis Artikel dengan Tim
Untuk membuat sebuah penelitian yang bagus, kamu biasanya akan memerlukan rekan. Dengan memiliki tim yang solid, tugas melakukan penelitian akan jadi lebih ringan. Kamu juga bisa mendapatkan masukan untuk menyempurnakan artikel ilmiah yang kamu buat. Kalau perlu, kamu bisa mengajak penulis lain yang sebelumnya sudah pernah memublikasikan tulisannya di Scopus. Cara ini umumnya cukup ampuh untuk membuat editor jurnal meloloskan tulisan kamu.
3. Nilai Plagiasi Maksimal 15%
Dalam penulisan jurnal ilmiah, plagiasi adalah hal yang tidak bisa diterima. Untuk memeriksa keaslian artikelmu, gunakan software plagiarism checker yang tersedia di internet. Kamu bisa menggunakan yang gratis maupun yang berbayar. Pastikan nilai plagiasi maksimal dari tulisanmu tidak lebih dari 15%.
Untuk saat ini, jurnal artikel dengan peringkat tertinggi Scopus mewajibkan nilai plagiasi tidak lebih dari 15%. Bahkan untuk artikel dengan peringkat terendah Scopus, nilai plagiasi maksimalnya hanya 20%.
4. Hindari Memasukkan Paper ke Predatory Journal
Predatory journal merupakan tempat publikasi jurnal yang tidak jelas asal-usulnya dan ini harus kamu hindari kalau tidak ingin tulisanmu ditolak Scopus. Bagaimana cara mengenali predatory journal ini? Jurnal yang berkualitas umumnya tidak akan mengirimkan ajakan kepada kamu untuk mengunduh paper di jurnal mereka.
5. Banyak Berlatih
Menulis jurnal yang bisa dipublikasikan di database internasional seperti Scopus tidak harus membahas tentang sains atau teknologi canggih saja. Kalau kamu belum terbiasa, berlatihlah menulis dengan membahas hal-hal yang mudah dan kamu kuasai. Bisa menulis jurnal yang menembus Scopus memang sebuah kebanggaan tersendiri. Meski kamu ditolak, jangan mudah menyerah dan coba lagi dengan menggunakan tips-tips di atas, ya!